Insiden
penembakan yang dilakukan oleh beberapa warga Amerika memang mengundang
kontroversi. Dinilai game adalah salah satu penyebab dan pemicu
perilaku pemuda penembak warga sipil dan anak-anak. Obama akhirnya resmi
memerintahkan untuk meneliti game yang mengandung unsur kekerasan.
Penelitian akan dikhususkan terkait dampak bermain video game sarat
kekerasan, dengan aksi kekerasan nyata yang melibatkan senjata api.
Perintah
tersebut ditujukan kepada lembaga ilmiah terkait demi memahami penyebab
maupun pencegahan dari kekerasan melibatkan senjata api.
Pidato
Obama pada tanggal 16 Januari lalu, yang berjudul "Now is the Time"
menjabarkan rencana presiden usai insiden penembakan di SD Sandy Hook
yang didahului penyelidikan oleh satuan tugas yang khusus dibentuk.
Hasilnya
diharapkan bisa memberikan titik terang bagi masyarakat AS yang
terbelah dua gara-gara isu kepemilikan senjata api menyusul kasus
penembakan yang menewaskan 26 orang di Sekolah Dasar Sandy Hook,
Connecticut, Desember 2012 lalu.
Insiden Penembakan
Pada
tanggal 14 Desember 2012, remaja berusia 20 bernama Adam Lanza membawa
senapan serbu milik ibunya mendatangi SD Sandy Hook. Di sana, dia
memberondongkan peluru dan menewaskan 20 pelajar dan enam orang dewasa.
Lanza mengakhiri aksinya dengan bunuh diri.
Insiden yang tidak
kalah memilukan terjadi pada tahun 1999 di SMA Columbine, Littleton,
Colorado. sepasang remaja bernama Eric Harris dan Dylan Klebold
menewaskan 12 pelajar dan seorang guru dengan senjata api.
Begitu
pula dengan penembakan yang dilakukan Seung-Hui Cho di Virginia
Polytechnic Institute pada 16 April 2007 yang memakan korban 32 orang,
melukai 17 lainnya. Dalam dua kasus ini, para pelaku bunuh diri setelah
beraksi.
Video game turut dipersalahkan setelah terungkap
sebelumnya bahwa pelaku rata-rata dikenal menggemari video game genre
menembak alias first person shooter. Setiap kali insiden penembakan
terjadi, video game yang dimainkan pelaku selalu menjadi informasi yang
muncul dalam pemberitaan.